Babarit Kuningan: Simbol Penyatuan dan Rasa Syukur di Milangkala ke-527
- account_circle sep
- calendar_month 17 jam yang lalu
- visibility 37
- comment 0 komentar

Img 20250824 171913
Tradisi Babarit kembali mengalun khidmat di halaman Pendopo Kuningan, Minggu (24/8/2025). Ribuan masyarakat hadir bukan sekadar untuk menyaksikan, melainkan untuk merasakan denyut sejarah, spiritualitas, dan filosofi kehidupan yang diwariskan leluhur.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Pj. Sekda Kuningan, Beni Prihayatno, S.Sos MSi, menegaskan bahwa Babarit adalah lebih dari sebuah seremoni tahunan. Ia adalah ikrar bersama untuk mensyukuri nikmat, menjaga harmoni, dan merawat kebersamaan. “Hari ini kita patut bersyukur, karena hingga detik ini tradisi leluhur masih bisa kita pertahankan. Babarit adalah cermin perjalanan sejarah dan budaya Kuningan,” ungkapnya.
Salah satu inti prosesi yang penuh makna adalah penyatuan air dari berbagai sumber mata air di penjuru Kuningan. Air yang berasal dari kabuyutan di utara, selatan, timur, dan barat, disatukan dalam satu wadah. Sebuah simbol bahwa meski berbeda asal dan arah, pada akhirnya masyarakat dan pemimpinnya harus menyatu dalam satu cita: mewujudkan kemajuan yang berlandaskan keberkahan.
Filosofi ini seolah mengajarkan, sebagaimana tetes air yang berpadu menjadi aliran kehidupan, demikian pula masyarakat yang bersatu akan menjadi kekuatan besar. Tradisi Babarit menjadi penanda bahwa Kuningan bukan hanya berdiri di atas sejarah, tetapi juga berjalan menuju masa depan dengan kebersamaan, syukur, dan nilai-nilai luhur yang tetap terjaga.
- Penulis: sep