Tradisi Babarit: Doa Bersama dan Penyatuan Budaya di Milangkala ke-527 Kuningan
- account_circle sep
- calendar_month 18 jam yang lalu
- visibility 51
- comment 0 komentar

Img20250824085305
KUNINGAN – Dalam rangkaian Hari Jadi ke-527 Kabupaten Kuningan, tradisi Babarit kembali digelar di Pendopo Kabupaten, Minggu (24/8/2025). Babarit tidak hanya menjadi prosesi sakral yang diwariskan leluhur, tetapi juga momentum untuk memperkuat ikatan sosial, budaya, dan spiritual masyarakat Kuningan.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si., menegaskan bahwa Babarit adalah wujud rasa syukur sekaligus ikhtiar menjaga kearifan lokal Sunda. “Babarit ini tasyakur atas rahmat dan keberkahan dari Allah SWT, sekaligus mempererat silaturahmi, melestarikan tradisi, budaya, dan warisan leluhur,” ujarnya.

Makna kebersamaan kian terasa melalui prosesi penyatuan air dari empat kabuyutan: Cihulu Kuningan (barat), Cikahuripan Cilimus (utara), Indrakila Karangkancana (timur), dan Jamberama Selajambe (selatan). Penyatuan ini menjadi simbol persatuan dan keseimbangan sumber kehidupan masyarakat Kuningan.
Prosesi semakin sakral dengan tabuhan gamelan, tarian kendi air, saweran, hingga kidung sakral dari juru kawih. Kehidupan seni tradisi pun turut mewarnai acara dengan alunan Tarawangsa, kacapi suling, hingga kidung Sang Golewang yang menghadirkan suasana khidmat dan penuh kekeluargaan.

Sebagai wujud kebersamaan, Bupati bersama Wakil Bupati membagikan tumpeng, hasil bumi, dan nasi pincuk kepada masyarakat. Simbol berbagi ini mempertegas nilai silih asah, silih asih, dan silih asuh yang diyakini sebagai kunci harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.
Tradisi Babarit bukan sekadar seremonial, melainkan sebuah perjalanan spiritual dan budaya yang terus mengakar, menjadikan Milangkala Kuningan sarat makna bagi generasi kini maupun mendatang.
- Penulis: sep