“Semangkuk Harapan dari Kuningan: Kisah Arief Komara dan Mie Ayam Mekarwangi”
- account_circle SEP
- calendar_month Sel, 28 Okt 2025
- comment 0 komentar

Arief Komara Juragan Mie Mekarwangi
jelajahtvnews.com Tak semua keberhasilan dimulai dari rencana besar. Kadang, ia tumbuh dari secuil keberanian untuk mencoba sesuatu yang baru. Begitulah kisah Arief Komara, SE, pria kelahiran ciamis yang kini dikenal sebagai pendiri “Mie Ayam Mekarwangi”, sebuah brand kuliner yang harum hingga luar daerah.

Owner Mie Ayam Mekarwangi
Kisahnya berawal pada tahun 1999. Saat itu, Arief mengikuti sebuah festival kuliner di Jakarta dan ditantang untuk menyajikan menu mie ayam siap saji. Padahal, sebelumnya ia hanya bisa memproduksi mie mentah, belum pernah mengolah hingga menjadi sajian matang seperti peserta lain yang sudah berpengalaman berjualan di gerobak.
Namun, Arief tak menyerah. Ia mulai belajar — dari cara merebus mie, menakar bumbu, hingga menyajikan semangkuk mie ayam yang harum menggoda. Ketika pertama kali mie rebusannya mengembang sempurna dan mengeluarkan aroma khas yang menggugah selera, ia pun terinspirasi memberi nama produknya: “Mie Ayam Mekarwangi” — mie yang mekar dan wangi, simbol kerja keras dan keikhlasan.
Tahun 2000 menjadi titik balik. Arief kembali mengikuti Festival Mie Ayam Siap Saji tingkat Nasional mewakili kelompok Cirebon. Dari sekian banyak peserta, mie buatannya berhasil menyabet juara pertama. Sejak itulah nama Mekarwangi dikenal luas, dan Arief mulai memproduksi mie ayam siap saji sekaligus memasarkan mie mentah ke berbagai daerah.

Tempat Produksi Mie Mekar Wangi
Perjuangannya tak mudah. Ia sering menempuh perjalanan jauh dengan motor di bawah hujan, membawa mie, saus, dan perlengkapan lain untuk ditawarkan dari satu warung ke warung lain. Tapi, tekadnya lebih kuat dari rasa lelah.
Kini, setelah lebih dari tiga dekade, usaha yang dulu hanya dimulai dari setengah sak terigu kini menjelma menjadi 21 cabang produksi di berbagai daerah — dari Brebes, Ciamis, Cirebon, hingga Kuningan. Bahkan, ekspansi ke Tasikmalaya dan Majalengka sudah direncanakan. Setiap cabang dikepalai oleh seorang manajer yang ia bina sendiri.
“Kami ingin setiap tahun bisa membuka dua cabang baru. Tidak sekadar bisnis, tapi sebagai bentuk kontribusi membuka lapangan kerja dan memberdayakan masyarakat,” tutur Arief penuh semangat.
Dari dapur sederhana hingga pabrik modern, dari mie tanpa nama hingga brand yang dikenal di Jawa Barat — kisah Arief Komara menjadi bukti bahwa ketekunan dan keyakinan mampu mengubah adonan menjadi masa depan.
- Penulis: SEP
