BTNGC Diguncang Demonstrasi, Aliansi Masyarakat Kuningan Tuding Tata Kelola Ciremai Gagal
- account_circle Admin
- calendar_month Rab, 10 Des 2025
- comment 0 komentar

Yusuf Dandi Saat Ditemui Media
jelajahtvnews.com,- Ketegangan menyelimuti halaman Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) pada Rabu (10/12/2025). Aliansi Masyarakat Kuningan (Alamku) datang dengan nada keras, membawa amarah yang sudah lama terkumpul terkait memburuknya krisis air di lereng Gunung Ciremai—wilayah yang ironi nya justru merupakan kawasan konservasi.

Petugas Keamanan Tengah Berjaga Di Hadapan Aksi
Sejak pukul 11.06 WIB, puluhan warga mulai mengisi halaman balai konservasi tersebut. Lengkap dengan spanduk tuntutan, dentuman musik, dan atraksi debus sebagai pembuka, suasana memanas sejak menit pertama. Aksi ini bukan sekadar protes—ini adalah peringatan keras dari masyarakat yang merasa ditinggalkan.
Dalam aksinya, Yusuf Dandi menjadi orator pembuka yang langsung menggugah. Dengan suara lantang, ia menggambarkan ironi lingkungan yang terjadi: daerah sekitar kaki Gunung Ciremai yang seharusnya menjadi lumbung air justru mengalami kekeringan parah.
Bukan Cibeureum atau Cibingbin yang jauh dari pegunungan. Justru Cileuleuy, Puncak, Cisantana, Sagarahiang wilayah dekat Ciremai yang kekeringan,” tegas Yusuf.
Pernyataan itu tidak hanya menjadi kritik, tapi juga tamparan bagi pengelola kawasan. Krisis air yang terus berulang dianggap mencerminkan kegagalan serius dalam tata kelola konservasi.
Suara serupa datang dari Ismah Winarto yang tampil lebih keras. Ia menuding BTNGC tidak menjalankan peran strategisnya dalam menjaga kelestarian kawasan.

Aksi Demo Alamku Didepan Kantor Tngc
BTNGC telah menjadi sumber berbagai kerusakan yang terjadi di kawasan Gunung Ciremai,” teriak Ismah di hadapan massa.
Dalam orasinya, ia bahkan meminta Kepala BTNGC untuk mundur dan mendesak agar lembaga tersebut dibubarkan, karena dinilai tidak mampu menjawab krisis ekologis yang dihadapi masyarakat.
Aksi memuncak saat massa membakar ban sebagai simbol kekecewaan. Asap hitam menjulang, menciptakan visual dramatis yang menegaskan rasa frustrasi warga terhadap pengelolaan kawasan konservasi.
Meski situasi memanas, aparat keamanan berhasil menjaga kondisi tetap terkendali. Tidak terlihat insiden yang mengarah pada kekerasan.
Setelah satu jam penuh orasi dan tekanan, massa Alamku mulai membubarkan diri. Tepat pukul 12.51 WIB, aksi dinyatakan selesai aman, tertib, tetapi meninggalkan pesan kritis yang menggaung: pengelolaan Gunung Ciremai harus dibenahi, atau krisis lingkungan akan terus memburuk.
Aksi ini menjadi alarm bagi para pemangku kebijakan bahwa kepercayaan publik tengah berada di titik rawan. Warga menuntut langkah nyata bukan sekadar jargon konservasi tanpa hasil.
- Penulis: Admin

