Mengenang Jejak Leluhur Di 544 Tahun Winduherang dan Warisan Sakral Bokor Kuningan
- account_circle Admin
- calendar_month Sab, 12 Jul 2025
- visibility 95
- comment 0 komentar

oplus_0
jelajahtvnews.com,- Dalam rangka memperingati hari jadi ke 544 tahun Desa Winduherang Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, pemerintah desa bersama, Bupati Kuningan Dr. H.Dian rachmat, MSi, Anggota DPRD, Kabid kebudayaan, camat Cigugur tokoh masyarakat dan budayawan menggelar rangkaian acara napak tilas sejarah leluhur dan ritual adat di titik-titik sakral di kelurahan winduherang Sabtu 12 juli 2025
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Ulang tahun kelurahan winduherang kali ini tidak hanya menjadi seremoni administratif, melainkan juga momentum spiritual untuk menghidupkan kembali jejak para tokoh pendiri dan pelindung desa: Rama Jaksa Patikusumah, Arya Adipati Ewangga, Patih Weru Anggapati, serta warisan budaya seperti Tabet dan Bokor Kuningan.

Asal Usul Winduherang dan Jejak Rama Jaksa Patikusumah
Nama Winduherang dipercaya berasal dari kata “Windu” (delapan) dan “Herang” (jernih), yang mencerminkan delapan sumber mata air suci yang mengalir jernih di wilayah ini. Menurut cerita lisan yang diwariskan turun-temurun, Rama Jaksa Patikusumah adalah tokoh bijak dan pemimpin adat yang pertama kali membuka perkampungan di wilayah tersebut. Ia dikenal sebagai pelindung nilai-nilai kearifan lokal dan spiritualitas Sunda Wiwitan.
Arya Adipati Ewangga dan Patih Weru Anggapati: Penjaga Tata Bumi Kuningan
Dalam kisah kerajaan Galuh-Kuningan, Arya Adipati Ewangga dikenal sebagai penguasa wilayah yang memadukan kekuasaan politik dan ajaran moral spiritual. Ia dibantu oleh Patih Weru Anggapati, seorang penasihat sekaligus pendekar yang menguasai taktik pemerintahan dan pertahanan wilayah. Kedua tokoh ini disebut-sebut berjasa menyatukan wilayah Cihulu Kuningan dengan kekuatan nilai, bukan hanya pedang.

Tabet dan Cihulu Kuningan: Warisan Intelektual Leluhur
Tak banyak yang tahu bahwa wilayah Winduherang dulunya adalah pusat pertemuan para pemikir dan tokoh adat dalam sebuah sistem yang disebut Tabet – semacam workshop atau forum diskusi tradisional. Di sinilah konsep Tata Raga, Tata Rasa, Tata Cipta, dan Tata Lingkung dirumuskan, yang kemudian menjadi fondasi tatanan masyarakat Kuningan zaman dahulu. Cihulu Kuningan, sebagai kawasan awal peradaban, memiliki nilai historis tinggi sebagai titik nol atau pusat spiritualitas.
Legenda Bokor Kuningan: Lemparan Sakral dari Curug Tenjo
Puncak acara ulang tahun desa tahun ini diisi dengan ritual simbolik mengenang pelemparan Bokor Kuningan – sebuah peristiwa mitologis di mana sebuah bokor emas dipercaya dilemparkan dari Curug Tenjo, mengarah ke titik nol Kuningan di Cihulu. Bokor ini bukan sekadar wadah, melainkan simbol wahyu kebangsaan dan penanda spiritual wilayah. Dalam kepercayaan lokal, arah jatuhnya bokor menjadi petunjuk tempat sakral yang harus dijaga dan dilestarikan.
Warisan untuk Masa Depan
Kepala Desa Winduherang, dalam sambutannya mengatakan, “Momentum ulang tahun ini bukan hanya merayakan usia administratif, tetapi menegaskan kembali identitas dan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh leluhur. Kita semua punya tanggung jawab untuk menjaga warisan ini.”
Kegiatan diawali dengan penyambutan bupati , sekaligus Siring tari rudat dan kawin cai, serta diakhiri dengan, ritual adat, dan di area situs Tabet, menghadirkan budayawan, sejarawan, serta tokoh spiritual dari berbagai penjuru Kuningan. ( SEP )
- Penulis: Admin