Legenda Nyai Dewi Candra Wulan dan Susukan Gajah Manggala
- account_circle Admin
- calendar_month Ming, 6 Apr 2025
- visibility 94
- comment 0 komentar

jelajahtvnews.com,- Di sebuah dusun sunyi bernama Pasir Pawoh, hiduplah seorang wanita jelita bernama Nyai Dewi Candra Wulan. Parasnya memesona, tutur katanya halus, dan kepandaiannya melebihi banyak pria di zamannya. Banyak bangsawan yang mencoba meminangnya, namun tak satu pun yang mampu menyentuh hatinya.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Sampai pada suatu masa, datanglah seorang pangeran dari negeri seberang, Putra Raja bernama Gajah Manggala. Ia mendengar kabar kecantikan Candra Wulan, dan bertekad menjadikannya permaisuri. Dengan iring-iringan prajurit dan hadiah berkilauan, ia datang melamar sang nyai.

Namun, Candra Wulan tidak mudah luluh. Ia berkata, “Hamba bukan wanita yang dapat dibeli dengan emas dan permata. Jika Tuan benar ingin mempersunting hamba, maka buatlah susukan—sebuah aliran air—yang menghubungkan mata air dari Gunung Ciremai hingga ke dusun ini. Tapi ingat, hanya satu malam yang Tuan punya.”
Pangeran Gajah Manggala tak gentar. Ia memanggil bala bantuan dari alam gaib, memerintahkan jin dan makhluk halus membantunya menggali tanah, membentuk aliran air seperti yang diminta. Malam itu bumi bergemuruh, tanah terbuka, air mulai mengalir…

Namun menjelang fajar, ayam jantan berkokok dan sinar matahari mulai mengintip dari balik bukit. Para makhluk halus pun lenyap ditelan cahaya, meninggalkan susukan yang belum selesai. Sang pangeran gagal.
Malu dan marah pada diri sendiri, Gajah Manggala menghilang. Ada yang bilang ia bertapa di gunung, ada pula yang percaya ia berubah menjadi batu. Sedangkan Candra Wulan tetap tinggal di Pasir Pawoh, menjadi simbol kekuatan perempuan yang tak mudah ditundukkan oleh kekuasaan atau harta.
Dan hingga kini, di kaki Gunung Ciremai, masih mengalir air dari Susukan Gajah Manggala, saksi bisu dari cinta yang tak sampai. (Sep )
- Penulis: Admin