Mereka Kembali di Bawah Cahaya Purnama
- account_circle Admin
- calendar_month Sel, 25 Mar 2025
- visibility 38
- comment 0 komentar

Penulis Cerpen: Sep Rhdt
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!jelajahtvnews.com,- Malam itu, bulan purnama menggantung megah di langit. Sinarnya menyoroti sisa-sisa kejayaan sebuah kerajaan yang dulu berdiri kokoh di bawah kepemimpinan seorang raja yang bijaksana. Ia telah lama pergi, meninggalkan tahta yang kosong, dan dengan kepergiannya, kedamaian pun ikut terkikis.
Sanak keluarga yang dulu setia mendampinginya kini saling berseteru, berebut tahta yang telah kehilangan makna. Mereka membangun kekuatan masing-masing, saling menjatuhkan, hingga akhirnya kerajaan pecah, terpisah menjadi kepingan-kepingan kecil yang jauh dari kedamaian.
Bertahun-tahun berlalu, hingga akhirnya, salah satu dari mereka berhasil menduduki singgasana. Namun, tahta itu tidak lagi berdiri kokoh seperti dulu. Di balik kejayaannya, ada banyak kepentingan yang menyusup, banyak tangan yang ingin ikut mencengkeram kekuasaan. Apa yang dulu diperjuangkan bersama kini menjadi permainan bagi mereka yang haus akan kendali.
Para pengikut yang pernah percaya kini merasa kecewa. Mereka perlahan meninggalkan istana, berjalan menjauh menuju asal mereka, tempat di mana dulu mereka pernah hidup berdampingan tanpa kebencian.
Di bawah langit senja, langkah-langkah mereka membawa mereka kembali ke rumah-rumah lama, ke tempat di mana sejarah pernah ditulis dengan cinta dan pengorbanan. Di sana, di bawah cahaya purnama, mereka menemukan satu sama lain, sanak saudara yang dulu tercerai-berai.
Seorang ibu tua berdiri di ambang pintu rumah singgah, menyambut mereka dengan tatapan penuh kasih. Ia tersenyum dan berkata lembut, “Kembalilah, Nak. Tugasmu telah usai. Biarkan mereka yang kini berkuasa menyelesaikan permasalahan mereka sendiri. Berteduh lah di sini, di bawah sinar purnama. Karena esok, matahari akan terbit, membawa harapan baru.” ujar ibu tua yang mempunyai nama Dewi Kuning
Dan di bawah cahaya purnama itu, mereka mengerti. Kekuasaan bukanlah tujuan, melainkan perjalanan. Kini, mereka memilih pulang, mencari ketenangan, menunggu fajar yang akan membawa kehidupan baru. Rahayu…Rahayu..Rahayu….
- Penulis: Admin