Lawang Jati Tujuh Panggilan yang Belum Usai
- account_circle Admin
- calendar_month Kam, 17 Apr 2025
- visibility 58
- comment 0 komentar

Jejak langit dan Tanah perjalanan spritual anak Kuningan
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!jelajahtvnews.com,- Setelah kepulanganku ke Kuningan, bayang-bayang peristiwa di rumah rahasia Cisalak tak pernah benar-benar sirna. Pelukan Ibu, tangisannya, dan pesan terakhir yang terngiang lirih—“Kita akan bertemu di Subang, Lawang Jati Tujuh”—menjadi gema tak berkesudahan dalam langkahku. Siang malam aku bertanya: di manakah tempat itu? Dan apakah Lawang Jati Tujuh hanyalah simbol, atau benar-benar pintu yang harus kulalui?
Di Kuningan, Abah tak banyak bicara. Ia hanya menatapku lama, kadang mengusap pundakku dengan kasih, seolah menyimpan beban dan kunci dari perjalanan ini. Ia tahu, waktuku akan datang. Ia tahu, ada sesuatu yang lebih besar sedang menungguku.
Hari itu, saat matahari tergelincir di balik Gunung Ciremai, aku duduk di bawah pohon jati tua dekat Sungai Cipager. Angin berhembus membawa wangi bunga cempaka, dan seekor capung emas tiba-tiba hinggap di lututku. Mataku terpaku, jantungku berdetak lebih cepat. Ingatanku melayang pada malam-malam saat aku memimpikan tiang bendera, batu hitam, mahkota, dan… pintu tua berlapis tujuh daun pintu jati.
Lawang Jati Tujuh.
Aku tahu, ini bukan sekadar tempat. Ini adalah lapisan dari diriku sendiri yang belum terbuka. Mungkin di Subang akan ada pertemuan kedua. Mungkin Ibu akan kembali hadir, atau mungkin… aku akan menemukan siapa diriku sebenarnya—bukan sekadar anak gunung, bukan sekadar pewaris takdir, tapi mungkin juga titisan amanah yang harus diterima dan dijaga.
Malam itu, aku bermimpi. Dalam mimpi, aku berjalan dalam lorong jati panjang, melewati tujuh pintu yang masing-masing dijaga oleh sosok bayangan: seorang pendeta tua, seorang perempuan bertudung, seorang ksatria tanpa wajah, seorang anak kecil yang menangis, seekor naga putih, seekor kijang hitam, dan terakhir… diriku sendiri dalam pakaian kerajaan.
Saat aku membuka pintu ketujuh, aku melihat cahaya terang dan suara Ibu yang berkata:
“Nak… saat engkau siap, pintu akan terbuka. Tapi bukan dengan kekuatan, melainkan dengan hati yang utuh.”
Bersambung….
- Penulis: Admin